EPICTOTO — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa secara blak-blakan mengkritik kondisi iklim investasi di Indonesia. Dalam acara Rapat Pimpinan Nasional Kadin Indonesia, ia menyatakan bahwa Indonesia tertinggal dalam menarik investasi dibandingkan negara-negara tetangga di kawasan.
“Iklim investasi kita masih berantakan, betulan. One Single Submission (OSS) tidak kunjung tuntas. Kita kalah dari Vietnam, Thailand, Singapura, dan Malaysia,” papar Purbaya di Jakarta, Senin (1/12/2025).
Contoh Nyata: NVIDIA Pilih Johor, Malaysia
Salah satu bukti konkret yang ia sebutkan adalah keputusan raksasa teknologi NVIDIA untuk membangun pusat data AI canggihnya di Johor, Malaysia, bukan di Indonesia. Kasus ini, menurutnya, menjadi cermin dari daya saing Indonesia yang masih perlu ditingkatkan secara signifikan.
Yang lebih memprihatinkan bagi Purbaya adalah adanya kesenjangan antara perbaikan di atas kertas dan kenyataan di lapangan. Meski secara internal ia mendapat laporan bahwa tidak ada hambatan berarti, para pelaku usaha justru menyampaikan cerita yang berbeda tentang kompleksitas berinvestasi.
Solusi: Pembentukan Satgas Debottlenecking
Untuk mengatasi masalah ini, Purbaya mengusulkan pembentukan satuan tugas khusus. Usulannya disetujui oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Presiden. Kini, telah dibentuk tiga kelompok kerja (Pokja), dengan Pokja 2 secara khusus menangani upaya penghilangan hambatan atau debottlenecking.
“Para pelaku bisnis, jika ada hambatan, bisa melapor. Kami akan tindaklanjuti dalam seminggu,” tegas Purbaya, menegaskan komitmen pemerintah untuk memperbaiki ekosistem investasi.
Langkah ini diharapkan dapat menjadi terobosan untuk menyederhanakan proses, meningkatkan kepastian berusaha, dan pada akhirnya mengembalikan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi utama di Asia Tenggara.